Kamis, 13 Maret 2014

Allah, Aku Datang Mengadu...


Di saat-saat seperti ini, kurasakan duniaku tak lebih luas dari bentangan tanganku sendiri. Duniaku tak lebih ramai dari kota mati sekalipun. Rasakan berada di tempatku berdiri, maka kau hanya akan menemukan rasa sempit dan sepi. Adalah hal yang mungkin sama dapat kau rasakan ketika tak ada satu orang pun yang kau temukan berdiri persis di tempat yang sama denganmu. Tak ada seorang pun yang ingin memijak bumi yang sama seperti yang kau pijak sekarang, bahkan orang-orang terdekatmu.

Ecoutez mon couer, yang berbisik dan rapuh.

Allah (s.w.t.), aku datang mengadu…
Segala yang kulakukan, hanyalah sebentuk dari berbagai bentuk usaha yang mampu kulakukan untuk tetap lurus berada di jalan-Mu. Biarkan orang-orang menatapku hina karena satu prinsip yang mereka tak mungkin mengerti. Biarkan prinsip itu menjadi satu-satunya bumi yang ingin kupijak. Inilah pilihanku yang amat naif dalam anggapan mereka.

Allah (s.w.t.), aku tau…
Diriku belum tentu lebih dekat dari mereka yang saat ini ingin menyimpang . Mereka mungkin dapat lakukan sesuatu yang lebih untuk dapat menjadi lebih dekat dengan-Mu setelah ini. Namun biarkan aku melakukan sesuatu yang lain dari mereka. Aku hanya ingin menggapai ridho-Mu dengan caraku sendiri.

Allah (s.w.t.), la rayba 'alayya…
Aku percaya akan janji-Mu. Tak dapat kutemukan alasan untuk menaruh ragu pada kuasa-Mu. Aku merasa aman di jalan-Mu. Langkah kecil ini, kuyakin tak pernah Kau abaikan. Bukankah telah Kau janjikan, tak akan ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan?

Allah (s.w.t.)… Biarkan aku mempersembahkan sebaik-baik taqwa yang masih mampu kulakukan hari ini. Sebelum waktu yang Kau tetapkan untukku, memaksaku berhenti dan mengakhiri segala kesempatan yang memungkinkanku dapat tetap bertahan dan terus menanam taqwa di ladang dunia ini.

Teguhkanlah hati ini ya Rahiim, agar senantiasa berkiblat lurus menghadap cahaya-Mu.

Allah… aku percaya, rencana-Mu pasti baik untukku.

0 kicauan:

Posting Komentar