Rabu, 22 Oktober 2014

Halangi 'INGIN' Menemani Harimu

Malu kalau mengingat diri ini masih menginginkan ini dan itu, padahal yang ada sudah cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan. Sejatinya insan memang selalu ingin lebih, padahal ia tahu jika keinginan itu terus dipelihara ia akan menjadi sakit sendiri. Karena keinginan manusia tidak pernah sampai pada titik pemberhentian. Seperti bilangan real, yang besarnya mencapai tak hingga. Selalu ada bilangan yang lebih besar dari yang kita anggap paling besar. Selalu ada ingin yang lebih besar meskipun kita sudah memiliki yang sekebutuhan saja. Bukan berarti sebuah pelarangan jika kita menginginkan sesuatu yang lebih. Selama masih mampu untuk memenuhinya, dan mengetahui timbangan manfaatnya lebih berat dari mudharat, tidak ada yang salah.

"Aku sudah dewasa, bisa mengendalikan diri untuk tidak tergoda dengan 'ingin' yang melebihi kebutuhan, apalagi yang belum bisa kupenuhi sendiri," INGINNYA bisa ngomong seperti itu. Tapi setiap kali mendengar kawan-kawan berucap; 'Aku bahagia karena punya gadget baru', 'Aku bahagia karena sekarang tinggal di rumah mewah', 'Aku bahagia karena punya motor baru', 'Aku bahagia karena...!@#!#$%'  'ingin' itu terkadang muncul lagi, hehe.
Malulah jika hati kecil berbisik untuk bertanya, "Lantas kapan bahagianya karena Allah?". Seperti tersudut sendiri. Ya Allah, aku sedang belajar. Bekalilah aku dengan qonaah, merasa cukup untuk sekebutuhanku saja. :)
Aku ingin selalu bahagia karena mensyukuri setiap pemberian-Mu. Bahagia akan dapat kuperoleh di manapun dan dengan apapun yang kupunya, jika dan hanya jika aku dalam keadaan selalu mengingat nikmat-Mu yang tak berhingga. Aku sedang berusaha untuk itu.

***
Ini, hasil tarikan nafas yang dalam beberapa kali. Rangkaian kalimat yang sederhana namun InsyaAllah bermakna. Semoga dapat memotivasiku dan memotivasimu, siapapun dirimu yang membaca tulisanku.

Jika mendengar ungkapan seperti itu, jangan merasa minder karena tak punya seperti apa yang membuat mereka bahagia. Apa yang membuat mereka bahagia belum tentu menjadi tolok ukur kebahagiaan kita. Patrikan nama Allah selalu agar kita memiliki alasan untuk bahagia. Bahagiamu, bahagiaku, adalah bahagia karena Allah. Ingatlah bahwa kita selalu memiliki Dia yang selalu mengaliri setiap tarikan nafas kita dengan nikmat yang hanya butuh penghambaan sebagai balasan.

Maka dari itu mulai sekarang yuk belajar qonaah, dan halangi 'ingin' menemani harimu... :)

Ya Rabb, jaga setiap tingkah laku maupun lisanku agar tidak sampai menyinggung saudaraku yang lain.

Ya Rabb, aku akan memperbaiki ibadahku.

Minggu, 12 Oktober 2014

Rindu Ilahi



Puisi indah ini membuat iman kian merekah. Puisi indah yang mengawali senandung rindu seorang hamba kepada Illahnya. Puisi ini, semoga dapat menjadi pupuk kerinduan di sepertiga malam. Semoga dapat menimbulkan penyesalan bagi yang melewatkan sujud di tengah temaram. Puisi ini, kutulis ulang dari kalimat untaian indah Dawai Hati, untukmu, sahabat… dan sebarkan untuk mukmin dan mukminah yang sedang merindu. Merindu akan kehadiran Sang Illah di lubuk hati yang terdalam. 

Sahabat, maka ini dia puisi indah itu. Bacalah, dan resapi dengan hati…

Bismillahirrahmanirrahim…

Duhai sahabat, ada semai nada menggugah jiwa

Nada itu adalah firman-Nya yang tiada bertepi dan tiada meragukan hati

Kini dawai hati mulai bersemi lewat senandung indah penggugah jiwa

Harapan, terhujam dalam desir desah diri, agar kidung ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari jiwa

Bila saja kerinduan hati pada Ilahi dan Rasul-Nya terpaut dalam butir-butir niat sukma

Maka itu adalah azzam yang tiada tara terteduh dalam fitrah jiwa

Batin ini menjerit memohon ampunan Ilahi atas titik-titik noda dan busa-busa cinta dunia yang hanyut dalam derai derita jiwa

Ingin hati ini menghapus noda hitam dalam qolbu

Mengubahnya menjadi qolbu yang bening dan penuh cinta

Duhai Rabbi, bimbing diri ini menuju cinta-Mu, menggapai mahligai mahabbah Rasul-Mu

Jadikan getar-getar kidung ini terpatri dalam diri siapapun yang mampu menitiskannya dalam guratan qolbu

Duhai Rabbi, ingin kami  memiliki rasa rindu tak terperi akan cinta-Mu

Rindu yang menghanyutkan qolbu untuk selalu mengingat-Mu

Bilakah rindu ini berlabuh dalam pantai kasih-Mu

Sahabat, mari kita renungkan setiap syair kerinduan dawai hati

Semoga rindu kita pada Ilahi semakin dalam dan tak terkalahkan dari rasa rindu terhadap makhluk-Nya

***
Rindu Ilahi

Oleh: Dawai Hati


Rindu hatiku pada-Mu Robbi
Ingin ku berjumpa dengan-Mu
Apakah amal dan nista diri
Belenggu bertemu dengan-Mu

Adakah rindu dekat dengan-Mu
Penentram batin jiwaku
Rindu hati ku pada Mu Robbi
Ingin ku berjumpa dengan-Mu
Apakah amal dan nista diri
Belenggu bertemu dengan-Mu

Adakah rindu dekat dengan-Mu
Penentram batin jiwaku

Rindu, rindu, rindu pada Ilahi
Rindu hati ini pada-Mu Robbi
Tiadalah yang dapat menandingi
Segala puja kuasa-Mu Robbi

Ampunkan segala dosa dan nista
Yang tersembunyi atau yang nyata
Pada siapa lagi kami meminta
Selain Engkau yang kuasa

Ubahlah nista jadi mulia
Ubahlah dosa jadi maghfirah
Lindungi hamba dari segala
Berkata dusta dan nista

Rindu hatiku pada-Mu Robbi
Ingin ku berjumpa dengan-Mu
Apakah amal dan nista diri
Belenggu bertemu dengan-Mu
Adakah rindu dekat dengan-Mu
Penentram batin jiwaku

Rindu, rindu, rindu pada Ilahi
Rindu hati ini pada-Mu Robbi
Tiadalah yang dapat menandingi
Segala puja kuasa-Mu Robbi

Ampunkan sgala dosa dan nista
Yang tersembunyi atau yang nyata
Pada siapa lagi kami meminta
Selain Engkau yang kuasa

Rindu, rindu, rindu pada Ilahi
Rindu hati ini pada-Mu Robbi

Kamis, 02 Oktober 2014

Ghirah Fiddin



 Ghirah jika diartikan dalam bahasa Indonesia sering kali disebut sebagai gairah. Secara keseluruhan maka ghirah fiddin adalah gairah atau semangat dalam menuntut ilmu agama. Dua ulama besar Islam yakni Imam Ghazali dan Imam Zarnuji memiliki klasifikasi sendiri dalam hal ilmu. Imam Ghazali membagi ilmu ke dalam 3 bagian secara umum, yaitu; ilmu tauhid, syariah dan akhlaq. Begitu juga dengan Imam Zarnuji, beliau mengelompokkan ilmu ke dalam 3 bagian besar yang sedikit berbeda dengan Imam Ghazali, yaitu; ilmu tauhid, fiqih dan akhlaq.
Islam mewajibkan setiap umatnya untuk menuntut ilmu, seperti yang disabdakan Rasulullah saw di dalam sebuah hadits yang artinya:
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR. Bukhari).
Ilmu diibaratkan seperti pohon dan ibadah (adalah pengamalan dari ilmu itu sendiri) sebagai buahnya. Ilmu jika tidak diamalkan tidak akan ada gunanya. Orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya diibaratkan seperti orang Yahudi. Dan orang yang beramal tetapi tidak didasari dengan ilmu diibaratkan seperti orang Nasrani. Sedangkan orang mukmin memiliki keduanya, yaitu ilmu dan pengamalannya.
Imam Zarnuji menyebutkan bahwa ilmu utama yang menjadi dasar yang harus kita pelajari disebut dengan ilmul haal, yaitu ilmu yang mewajibkan kita melakukan ibadah fardu ‘ain.
Imam Ghazali pernah mengatakan:
“Semua manusia akan binasa kecuali orang-orang yang berilmu, semua orang yang berilmu akan binasa kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya. Orang-orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas. Orang-orang yang ikhlas pun dalam bahaya jika mereka tidak dapat menjaga keikhlasannya.”
Dari kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa betapa mulianya orang-orang yang ikhlas serta dapat menjaga keikhlasannya.
Hasan Al-Basri mengatakan: teruslah mencari ilmu tanpa harus melupakan ibadah, dan teruslah beribadah tanpa melupakan pentingnya mencari ilmu.
Dalam kalimat hikmah di atas dapat dipetik suatu kesimpulan bahwa ilmu dan ibadah adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus berjalan beriringan tanpa saling melepas satu sama lain. Namun jika suatu keadaan mengharuskan kita untuk memilih, manakah yang lebih utama, ilmu atau ibadah?
Imam Ghazali menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa ilmu itu lebih penting. Karena dengan ilmu kita bisa beribadah dengan baik dan benar. Dengan ilmu kita dapat mengenal Allah lebih dekat. Karena dengan ilmu semangat dalam beribadah dapat bertambah, dengan ilmu kita dapat meningkatkan nilai ibadah.
Ada beberapa syarat dalam menuntut ilmu yang harus diperhatikan, yang pertama yaitu harus didasari dengan niat yang ikhlas, harus didampingi oleh guru, prioritas, sabar dan tawakkal. Untuk syarat keempat yaitu sabar, Ibnu Hajar Al-Atsqolani mengelompokkannya ke dalam 3 bagian; sabar dalam menghadapi maksiat (menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan), sabar dalam ketaatan kepada Allah swt dan sabar dalam menerima ujian dari Allah swt.
***
Sekian ringkasan singkat untuk kuliah FORSALAMM sesi ketiga. Mohon maaf atas segala kekurangan maupun kesalahan baik dalam pemaknaan maupun penulisan. Silakan meninggalkan jejak untuk memberi komentar, tanggapan, kritik, saran atau yang lainnya. Jazakumullahu khairan.