Écoute Mon Coeur

Biarkan aku berjalan menunduk dalam diam, meski sendiri dalam lorong yang panjang. Aku terbiasa seperti ini. Kau mestinya tau, itulah bagian dari usahaku yang menunggu. Walau waktu terkadang tak dapat menahan penasaran untuk bertanya, "Penantian yang panjang pastinya, masih kau rasa sanggup untuk menunggu?". Kan kujawab "Ya," dengan kebulatan hati yang tak mungkin kau tawar lagi. Dan waktu pun kembali berlalu, kulihat ia enggan untuk menoleh. Kurasa ia lebih mengharapkanku menjawab dalam nada yang melankolis. Tidak, waktu. Kau gagal menggodaku.

Ketika malam disertai bulan, siang datang dengan mentarinya, aku percaya, inilah bagian dari kontribusi alam yang mendukung pilihan dalam hidupku. Meski mendung terkadang dengan sengaja menutup keduanya, alam masih mengirimkan angin basahnya untuk memikul tanyaku: sudahkah mimpi-mimpinya terwujud? Lalu kapan ia akan datang menjemput? Ya, katakan saja bahwa aku tak pernah statis menunggu. Aku juga masih tetap berjalan, meski tertatih. Bukankah dirinya telah membangun muara mimpi? Dan aku ingin menunggunya di sana.

Katakan, bahwa aku tak pernah statis menunggu.

0 kicauan:

Posting Komentar