Kamis, 27 November 2014

A Complicated Heart

November berhujan. Nikmat tuhan yang tiada terlupakan. Membuat debu semakin syahdu dalam ketundukan, menyerah untuk beterbangan. Ia malah beralih memperhatikan suara roda yang berselingan. Ya, seorang gadis sedang bersepeda menyusuri jalanan kota. Siapa yang tahu hatinya sedang terluka? Bukan. Gadis itu sedang berbahagia (seharusnya). Tetapi raut wajahnya tak tentu dan berubah-ubah. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Maka tanyakanlah pada hatinya. Segera sang hati akan menjawab dengan jeritan yang tak terkatakan...

Malam ini mengusaikan semua. Perjumpaan sesaat semoga cepat terlupakan. Aku merasakan interaksi kita sudah mulai tak biasa.
Aku tak masalah jika kau tak merasakan hal yang sama. Karena sungguh, aku memang tak pula menggantung harap yang demikian. Seperti ini, hanya caraku untuk waspada. Kau tahu mengapa? Karena aku takut setan akan semakin berkuasa. Karena aku takut, setan akan semakin marak berpesta. Maaf, teman. Ada kata yang mungkin kasar kau rasakan. Namun seperti itu, caraku untuk meruntuhkan panji setan. Jika sikap itu terus aku pertahankan. Setan tentu akan semakin berbahagia. Ingatlah bahwa pasti akan datang waktu di mana hal itu diperbolehkan.

Satu tetes. Dua, barangkali. Akh... tetesan yang keluar dari matanya sudah tak mampu dibedakan. Ia mulai menangis dalam hujan.

0 kicauan:

Posting Komentar